Short Story

Jumat, 31 Januari 2014

ksatria, puteri dan bintang jatuh *dee*

Aku bosan diam,

Aku ingin berteriak lantang,

Menembus segenap celah dan semua lubang,

Merasuk ke ujung gendang telinga semua orang,

Aku mencintainya……..

Layakkah cinta hidup semu laksana hantu?

Yang melayang bagai bulu panah,

Aku ingin menjejak tanah,

Mengambang membuatku lelah,

Aku ingin memiliki,

Aku ingin diakui,,

Ksatria,,

Aku ingin sekali tuli,

Sekawanan samurai terbuat dari huruf datang menyerang,

Mencacah harga diriku seperti daging cincang,

Mereka menghinaku,

Karena aku cuma bisa diam,

Mereka menyumpahiku,

Karena aku rela diabaikan,,

Ku merasa begitu kerdil di tengah keluasaanku,

Rintikmu raksasa dalam mungil tetesmu,

Engkau menyelimuti dengan dingin,

Dan semakin merapat,

Semakin membara alam ini,

Jutaan engkau kini turun membanjiriku,

Takkan pernah ku meluap, Ksatria,

Ku gali tanahku lebih dalam,

Dan ku buka semua celah untuk menyerapmu,,

Dulu aku adalah pujangga,

Seorang arwah pujangga tersasar masuk ke dalam tubuh mungilku,

Dulu aku berkata-kata bak mutiara nan wangi,

Dan mutiara sangat aneh di tengah batu kali,

Pikiranku bagai seribu persimpangan dalam sekotak korek api,

Karena itu aku anomali,,

Sudah ku menangkan taruhan ini,

Bahkan dengan amat adil,

Jauh sebelum engkau menyerahkan kertas dan pensil,

Karena rinduku menetes sebanyak tetes gerimis,

Tidak butuh kertas atau corengan garis,

Genggamlah jantungku dan hitung denyutannya,

Sebanyak itulah aku merindukanmu, Ksatria,,

Aku mencintaimu sepenuh hati, Ksatria,

Tak peduli lagi tepat atau tidak,

Tak peduli kau menyadari aku hilang atau tampak,

Tak peduli kau bahagia dengan diriku atau cuma dengan sel otak,,

Karena ini ia dinamakan dengan si jantung hati,

Memompa lembut seperti angin memijat langit,

Berdenyut lincah seperti buih yang terus berkelit,

Dan darah cinta adalah udara,

Dengan roh rindu yang menumpang lewat di dada,,

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup,

Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara,

Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara,

Kau hadir dengan ketiadaan sederhana dalam ketidakmengertian,

Gerakmu tiada pasti,

Namun aku terus di sini mencintaimu,

Entah kenapa,,

Aku bukan orang yang lemah,

Klo aku lemah, sudah ku bersembunyi di dasar lembah,

Namun aku orang yang kuat,

Dengan dagu tercuat,

Menggenggam kejujuran erat-erat,

Tapi kalau Cuma jadi hantu,

Maka aku pun tak tahu,,

Karena hanya bersama kamu,

Segala sesuatunya terasa dekat,

Segala sesuatunya ada,

Segala sesuatunya benar,

Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita,,

Aku adalah manusia statistis,

Statistik kita tidak bagus, Ksatria,

Aku adalah manusia yang butuh pengakuan,

Tak ku temukan seorang pun yang mengakui kita,,

Rasa memiliki itu hidup seperti sel,

Semula satu kemudian terpecah jadi seribu satu,

Dan aku menyimpan sel-sel yang sangat hebat, Ksatria,

Ia akan terpecah di luar kendali cinta itu sendiri,

Sel ini terus bertambah dan merambah,

Mereka hidup melingkari kita,

Semenjak kita saling mencinta,

Suka tak suka,,

Ajari aku menjadi naif,

Senaif dirimu yang masih bisa tertawa,

Senaif kebahagiaan di alam kita berdua,

Karena setiap detik di kala kenyataan mulai bersinggungan,

Aku rasakan sakit yang nyaris tak tertahankan,

Atau ajarkan aku menjadi penipu,

Apabila kau ternyata merasakan sakit itu dalam tawamu,

Aku letih, Ksatria,,

Semua perjalanan hidup kita adalah sinema,

Bahkan lebih mengerikan, Ksatria,

Darah adalah darah,

Dan tangis adalah tangis,

Tak ada pemeran pengganti yang akan menangging sakitmu,,

Share thi:








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mangga diantos komentarnya.